MUI DKI Jakarta Silaturahmi Ke Ponpes Al Ubaidah
KBRN, Kediri: Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta, KH Munahar Muchtar menggelar silaturahmi ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ubaidah Kertosono, pada Kamis (3/3/2022). Agenda ke pesantren tersebut, usai menyerahkan bantuan korban erupsi Gunung Semeru kepada MUI dan DPD LDII Lumajang, di kantor DPW LDII Jawa Timur pada Selasa (1/3/2022).
Kedatangan KH Munahar Muchtar disambut oleh Pengasuh Ponpes Al Ubaidah, KH Ubaidillah Al Hasaniy, didampingi Ketua DPD LDII Nganjuk, Murkani, dan para pengurus ponpes.
Di depan para santri ponpes tersebut, KH Ubaidillah memberi kata sambutan. Menurutnya, KH Munahar adalah seorang kyai yang gemar silaturahim.
“Silaturahim memperbanyak rezeki dari Allah, dan Allah memanjangkan umur,” ujar Kyai yang biasa disapa Kyai Ubaid. Menurutnya, para santri yang ada di sini adalah para calon juru dakwah, yang bakal menjadi muballigh-muballighoh,” kata Kyai Ubaid, sapaan akrab KH Ubaidillah.
Menurut Kyai Ubaid, dirinya tak merasa khawatir para santri bila masih berada di pesantren. Sebab, mereka masih satu pemahaman dan memiliki satu cita-cita.
“Persoalannya bila mereka sudah terjun di tengah-tengah masyarakat, mereka akan banyak menghadapi tantangan. Terlebih pada era media sosial ini aspek kebangsaan, terancam radikalisme. Saya meminta KH Munahar untuk berceramah, memberikan wawasan agar para santri tetap istiqomah dalam berdakwah,” kata Kyai Ubaid.
KH Munahar mengingatkan, tugas muballigh-muballighoh tidak gampang dan tidak mudah.
“Saya sama dengan kalian, menimba ilmu dan ditempa dengan ilmu pengetahuan. Tak ada yang mudah dalam meraih cita-cita, tapi dengan kesungguhan keberhasilan itu bisa diraih. Kita ini umat akhir zaman, juru dakwah itu profesi mulia karena berani mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran,” katanya.
KH Munahar mengingatkan, muballigh-muballighoh itu beragam pembawaannya. Misal ada yang suka berdakwah dengan humor, tapi ada juga yang juga tidak bisa tertawa.
“Tapi, seorang juru dakwah, harus menyampaikan selaras dengan kecerdasan umat. Kalau umat yang dituju adalah petani, maka berdakwahlah melalui pertanian. Bila yang didakwahi teknokrat, maka juru dakwah harus bisa menjelaskan secara teknokrat,” katanya.
KH Munahar menilai, dalam berdakwah harus dilakukan dengan lemah lembut dan berakhlak mulia.
“Tirulah Nabi Muhammad, tidak mendendam bila disakiti, diam ketika dicaci. Kesabaran tersebut penting, agar umat Islam merasa sejuk,” katanya.
Menutup tausiyah Kyai Munahar, Kyai Ubaid menambahkan, bahwa mempunyai angan, harapan dan cita-cita menjadi seorang dai-daiyah atau muballigh-muballighoh itu sangat mulia, karena mendapat penghargaan langsung dari Rasulullah SAW seperti dalam sabdaNYA.
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mencari ilmu dan mengajarkannya. Sebaik-baik manusia adalah orang yang mampu memberi manfaat pada manusia lain,” katanya.(ac)